Headlines
Loading...
Kumpulan Puisi Dedikasi Guru (Buku: Takdir Seorang Guru)

Kumpulan Puisi Dedikasi Guru (Buku: Takdir Seorang Guru)

 

NASKAH ABADI


Inilah suara hati yang membahana

Panggilan jiwa bersahaja

Mengabdi penuh suci

Membentuk anakanak bangsa

Menjadi generasi pewaris negeri


Tak hanya teks narasi

Bukan saja soal naskah pengetahuan

Yang kupersembahkan pada mutiara nusantara

Anakanak Negara


Membentuk deretan makna

Dari karakter berbudi

Jiwajiwa mulia

Kembali pada Tuhannya

Adalah yang utama

Yang paripurna


Mencipta suara emas

Menjadikan manusia utuh

Mewujudkan generasi hebat

Memupuk budi mulia

Adalah Naskah Abadi

Yang selalu kutuliskan

Untukmu penerus bangsa


 Doamu kelak

Cantumkan menjadi naskah abadi

Bagi kami para pengabdi

Guru berbakti pada Negeri

Pada ilahi

Pada anakanak berbudi.


 Catatlah naskah abadi

Menjadi sejarah diri

Yang suci terpatri

Dalam sanubari, hati!


KABUT KEPAGIAN


Mentari belum jua menyapa

Dedaun tak tampak hijau

Masih dalam waktu yang sama

Kabut kepagian


Gigil selaksa salju menyapu

Hempasan bayu menderu

Kuterus melaju dengan teguh

Memenuhi janji kalbu


Pengabdian memanggilku lantang

Gelap menuju siang menutup pandang

Menelusuri liku jalan hitam

Terhenti di depan pintu gerbang

Pintu gerbang pengabdian


Jiwaku terpatri kuat

Bersahaja menunaikan hakikat

Menjadi pelita harapan

Bagi anak nusa masa depan


Jangan hiraukan pagi

Tak jemu berselimut kabut

Melaju di tengah terpaan bayu

Menuju pengabdian

Menjadi pelita harapan..


TULIS DENGAN TULUS


Nak, bapak menuju mimpi

Yang tak pernah kamu pikirkan

Menembus rembulan

Menuju suksesmu


Nak tulis kataku

Tuluskan hati pesanku


Sebrangi lautan...

Terbanglah tinggi

Berlarilah kencang

Menggapai masa depan


Yang gemilang

Tulislah!

Tuluslah!

Belajarlah!


MUTIARA NUSANTARA


Kamu sepertinya berbeda, nak!

Bahkan dari gemintang malam yang lelap

Wewarninya menyeruak gelap

Secercah cahayanya menyapu mayapada

Tetapi, ronamu mengisahkan sejarah

Di bangku sekolah ini


Terlihat tingkahmu seumpama genius

Anak sebatangkara yg cerdas

Wajahmu tak ada aral sama sekali

Seakan, kaulah mutiara itu


Pijaklah bumi sehentak detak jantungmu

Raihlah langit sedenting hatimu

Menggapai asa menuju Negara

Memimpin nusantara yang carut

Teguhkan dada menembus badai

Badai hidup dalam reruntuhan budi

Kaulah, sang pembaharu

Menuju bahagia

Sang, mutiara nusantara kelak


Citamu kelak

Serumpun dengan beban belajarmu kini

Ayunkan langkah tanpa henti

Tetapkan pilihanmu


Mutiara Nusantara

Dita, Muridku!


EMBUN PENGABDIAN


Pagi yang semayup kembali hadir

Rotasi waktu yang kekal

Evolusi zaman bergerak maju

Menuju puncak panorama yang takjub


Denting waktu menjadi bisu

Ketika pengabdian tetap memanggil

Jiwajiwa teguh memadu kalbu

Sejuk embun menjadi candu

Bersama pengabdian yang paripurna


Rasanya terus bersambut bahagia

Berada di jalan pengabdian

Tanpa lelah, tak ada susah

Tak getir walau kadang berpetir

Tak jemu meski sendu

Tetap rindu

Pengabdian di embun pagi


Kala itu

Tetap terpaku

Dalam ingatan hati yang kokoh

Tak tergantikan dengan apa jua

Hanya ada bayang

Bahagia abadi

Bersama embun

Pengabdian yang tulus


Guru, akulah embun pengabdian itu


BERI KITA JUDUL


Ini adalah kisah seonggok jasad

Jasad merindu sendu akan ilmu

Tak jemu belajar dan meramu

Setiap untaian tema

Jadi pilihan merajut asa

Bersama anak bangsa


Kisah bahagia yang tak berjudul

Cerita cinta yang tak bernarasi

Yang ada hanyalah bahagia

Senyum ranum di balik lugu kalian

Anak anak pencari fakta hidup


 Bahagiamu merajut mimpi

Menuju masa depan abadi

Adalah bahagiaku yang dinanti

Goresan takdir bersamamu

Menjadikan kisah kita haru biru

 

Berjuang bersama menuju puncak

Puncak asa yang tertanam

Dalam jiwajiwa yang teguh

 

Riangmu meniti hari

Menjemput cita dan cinta

Tak kan kulupa sepanjang masa

Bersama kabut di ufuk fajar

Menuju senja merah yang indah

Bersama spektrum pelangi hidup yang indah

Kita ada di sini

Belajar tanpa henti

 

Tak tahu apa yang harus kutulis

Beri saja aku judul

Cerita kita yang bahagia

Menempuh harihari bermakna

Bersama asa


Anak-anak, berilah kita judul.


TINTA KEHIDUPAN


 Nak, tuliskan di sini

Sekarang!


 Mulailah hidupmu menjadi samudera

Luas akan ilmu karena dahaga

Denting waktu terus berputar

Mengitari mayapada yang sudah tua


 Nak, cantumkan asamu di sini

Tulis sekarang

Menjadi tinta manis

Dalam hidupmu


 Jangan pernah menyerah

Memberi yang terbaik untuk orang tua

Kebanggaanmu


 Berikan mahkota raja pada mereka

Dengan ilmu yang kau cari


 Goresan penamu setiap detik

Adalah jalanmu menuju citamu

Ialah tinta kehidupanmu

Mencari luasnya ilmu

Dalam palung samudera


 Nak, tulislah jalan hidupMu

Bersama tulisNya

Mendoa menuju harapan

Gemintang bendera di masa mendatang


 Nak, tulis dengan tintamu

Jalan hidupmu yang indah

Di sini, bersamaku!


 MINGGU TENANG?


 Hari yang ditunggu

Seumpama cinta yang menggebu

Minggu yang dirindu

Semacam cita yang dituju

Adakah minggu tenang?

Sebagai hari bersua dengan diam

Diam seribu makna berlabuh di atas permadani?

Tidak, minggu tetap berkarya.


 Sepucuk cinta tersulam indah

Menelisik tugastugas Negara

Menyiapkan mutiara bangsa

Anakanak berbakat

Nak, tetaplah berkarya di hari ini

Hari yang dianggap keramat

Hari tidur selaksa raja berkuasa


 Bagimu tidak, nak.

Tetaplah bersahaja

Mencari ilmu

Bersama pelangi dengan spektrum warni

Bersama mentari menuju dewasa

Bersama mereka yang membesarkan jiwamu


 Nak, bangun dan tulislah

Sejarah hidupmu menuju asa

Di hari tenang ini

Minggu merindu

Minggu menderu

Minggu yang tak pernah layu


 Selaksan adenium yang bugar

Bunga mekar sembari mendoa

Merah merekah bersama takdirNya


 Nak, tulislah!


DOA SANG GURU


 Nak,  ingatlah selalu

Gemintang yang ranum

Menyaksikanmu, kelak bersama suksesmu

Meski bersama setangkai bunga linangan air mata.

 

Nak,   kelak asamu membuncah

Sepasang mahkota merajut bahagia orang tuamu,

Gua pertapaanmu, kekuatanmu

Tuhan selalu hadir

Seiring takdirmu

Sejalan langkahmu

DIA tak pernah tidur

Menjagamu


IA adalah pemilik mayapada

Yang maha pendengar

Pemilik khayangan

yang maha pemurah.


Tuhan sebari bersama aliran nadimu

Selalu mengetuk palung hatimu

Untuk doamu.


Nak,  jika suatu hari nanti

Jiwa ini telah beradu sendu

Raga telah renta sebatangkara

Usia diufuk senja


Janganlah kau bersedih.

Raga kita tetap satu padu

Satu pintaku

Seribu harta dari kekayaan. 


Tahukah kamu nak?


Berbagi ilmu pada sesama, seantero jagat mayapada.


D’  YANG TERSEMBUNYI


Tahun kesekian mengabdi

Dalam bingkai yang istimewa

Cahaya bahagia terus bersemi

Terpatri dalam hati


Kutertegun

Setiap berswa denganmu, Asoka yang cantik

Timbul tenggelam selaksa gelombang

D yang kusembunyikan

Dag Dig Dug kurasa


Semacam desir bayu yang menyapu

Setiap pori bermuara di kalbu

D yang tersembunyi

Dag Dig Dug kurasa


Dentang jantung yang tak karuan

Setiap menatap raut wajahmu yang menawan

Warnimu yang cerah

Mengisahkan cerita kasih

Yang tak kan pernah berulang, di sini ada pengabdian

Cinta yang tak kan pudar

Karena cuaca dan waktu

Meski roman terbaca habis

Cintaku terus menua, Asoka

Saksi pengabdianku


Bahagia serupa haru

Gembira hati jadi satu

Diam terpaku

Memagut jiwa yang rindu


D yang tersembunyi di hati

Dag Dig Dug kurasa itu


Duuhh!!!


TAK ADA IDE


Tuhan, apa yang salah

Pada setiap alirah darahku

Sepucuk ingatan kian sirna

Terhempas oleh kilatan alpa


Tuhan, aku adalah guru

Tak boleh kehilangan ide

Tak seharusnya musnah

Aku guru biasa

Yang alpa


Tak segunung idepun

Kuber asa akan cinta

Cecinta dengan anak bangsa

Berbalut bahagia meski secarik kertas di atas meja


Tuhan, teguhkan dada

Menembus jarak tanpa batas

Terus menuai cinta bersama asmara


Nak, ini pelangi ide gurumu

Terus berpacu dengan waktu

Mengatarmu menuju puncak

Meraih bintang

Menggapai asa


LENTERA HIDUP


Ini tentangmu, Duh Mentari

Yang mengitari katuliswa

Untuk panggilan jiwa


Ini tentangmu, Duh rembulan

Yang berotasi dengan musim

Untuk meneguhkan janji


Ini tentangmu, duh Guru

Yang mengabdi dengan leliku jalan

Untuk menatap asa


Bentang samudera

Garis ufuk

Senja merah

Badai bandang

Kilat petir

Terik panas

Gemericik hujan

Debu menggebu

Entah, apa lagi

Adalah jalanmu

Takdirmu bergumul

Waktumu berjerih

Pengabdianmu berpeluh

Bahagiamu kini

Nanti, lusa dan abadi


Guru,

Mentari

Rembulan

Takdirmu

Bahagia abadi

Lentera hidup

Hingga asa tergapai


Bersama anak negeri!


AKU BANGGA DEDIKASIMU, GURU


Ini potret kita, guru anak rimba

Rimba pengetahuan


Akupun tak sangka

Jika guru Indonesia adalah Samudra


Inspirasimu menyeruak gemintang

Imajinasimu membelah katulistiwa

Menjadi lintang utara dan selatan

Membujur dari barat ke timur

Dedikasimu, guru


Aku bangga padamu, guruku


Ternyata nalurimu bening

Hatimu putih

Jiwamu selaksa zamzam

Suci mengaliri anak tak berdosa

Dirimu mendoa

Selayak mantramantra shohih

Hanya utk anak negeri

 

Tutuh, Dwi, Nofem, Mila, Siti

Asiah, Alee

Dan sosok lain

Yang sunyi tak dapat bersua

Satupersatu


Aku bangga kalian

Pujangga berdedikasi

Guru berjiwa segara

Berhati mulia


Duh, aku mencintaimu

Guru!


MENDOAMU


Pagi mengajarmu Nak

Bahkan saat kamu tak bersua

Aku tetap tegar berbagi

Saat kamu mengosongi bangkumu?

Aku tetap bersama citamu


Aku mendoa saat kamu alpa

Merapalkan sabda suci ketika kamu lelap

Untuk bintangmu aku merayap di tengah sunyi

Mengadumu padaNya


Nak, tak ada guru yang semena

Tak ada yang tak hirau

Guru inginmu terbaik

Meski terus mendoamu

Meski bukan anak tanahku


Mulialah gurumu, nak

Tiada henti akan munajad

Untukmu kelak

Suksesmu besok


Meski sunyi

Meski tak di kelas

Meski kamu lelap

Tetap mendoa

Nak


ADENIUM


Ini tentang cinta

Anakanak berkebun asmara

Merajut adenium berwarni

Menjadi cinta abadi


Bagaimana tidak

Ia cemburu mentari menyinarinya

Semburat wajahnya kaku

Saat anak lain menyiraminya

Tak mau ada jasad siapapun menyentuhnya

Adenium cintanya


Bukan tentang bunganya

Tak soal adeniumnya

Yang bikin ia cemburu


Yah....

Perjuangannya

Antara hidup dan mati

Masa kritis yang layu

Kerontang tanpa hujan

Mengeras selaksa batu

Hingga kembali merona

Mekar merah merekah

Adalah cintanya


Membincang dalam bahagia

Adenium cinta pertamanya


Nak, ia milikmu

Siramilah hingga ranum

Rawatlah menjadi harum

Bahagialah bersama adenium


Cintamu!


TAK KOSONG


Pagi yang ranum

Terbalut asa dalam senyum

Jiwa yang polos

Dari anak garam emas

Yang tak kosong

Bukan lumbung tak berisi


Hati mereka telah disesaki

Kalam suci milikNya

Doadoa keramat sang ibu

Semangat api sang ayah

Sungguh mereka tak kosong


Degup jantung guru bergemuruh

Menelisik anak pandu

Dengan sepucuk dedaun ilmu

Mengisi imajinasi mereka

Yang tak kosong


Dedikasi para geguru

Menyeruak marapalkan dzikir

Matematika dan rumpunnya

Sejarah dan pesonanya

Mengisi pikir mereka

Yang tak kosong lagi


Guru, abdimu untuk mereka

Jiwajiwa yang telah dijejali

Bekal hidup bahagia

Menuju ujung semesta


Guru,

Mereka tak kosong lagi


PELITAKU


Tak mungkin aku mendua

Hatiku terdetak utk menunggu

Pujangga jagat darimu


Tenang semacam danau

Damai selaksa merpati

Kusabarkan nurani

Menunggu puisi indahmu


Guru, Pelitaku

Aku di sini

Dalam jagat keberdayaan

Dalam angan kebahagiaan

Bersama cecinta

Kutunggu bait jantungmu


Mendetangkan rima

Bersama anak negeri

Di pintu bahagia


Dwi, bergegaslah

Mentari telah meninggi

Memayungi negeri ini

Bersama karyamu


Guru

Bergegaslah!


JAM KOSONG


Pagi ini aku gelisah

Memandangi lesung pipit pipimu

Dalam angan

Bukan mimpi


Wajahmu memesona

Laksana pelangi mewarna

Mengisahkan roman asmara

Yang tak pudar karena waktu

Tak retak karena badai

Tak lenyap karena hujan


Jam Kosong itu,

Guruku tak hadir

Aku dalam lelapku


Biarkan mimpi ini menelisik

Setiap denting waktu

Bersama pengabdian

Guruku,

Jiwamu kau kobarkan

Waktumu kau korbankan

Utk anak mutiata permata

Milik bangsa

Ikhlas baktimu

Menuju kebahagiaan

Bahagia abadi

Bersama pengabdian

Guru,

Izinkan mantra mendoa

Tuk baktimu

Tuk dedikasimu

Tuk tulusmu

Bu,

Tunggu aku

Di ufuk senja

Bersama burung pipit

Menari mega merah

Di ujung maya pada


TANGGAL MERAH


Tak peduli merahmu

Tak ada lagi soal warna

Spektrum pelangi adalah pengabdian

Bersama anak asuh

Berpeluh di olimpiade hidup


Ini usaha, nak

Tuk meraih takdir

Mencapai bahagia

Jadilah juara kehidupan

Memayungi kesabaran

Memusnahkan keangkuhan


Ini tanggal merah

Bagi penyerah

Jangan berkalang tanah, nak

Tanpa berjuang


Lantangkan suaramu

Pijakkan kakimu

Genggam takdirmu

Jalani romantika itu

Tuk menggapai citamu


Inilah pembuktian

Citamu jadi milikmu

Cintamu bersamaNya

Cintamu milik mereka berdua

Pahlawanmu di sana


Nak, apimu tlah menyala

Kobarkan daya juangmu

Ledakkan ambisimu

Menuju citamu

Asamu yang cemerlang

Bahagiamu kelak

Adalah bahagiaku kini

Suksesmu kelak

Adalah keringatmu kini

Hidupmu kelak

Adalah takdirNya

Nak, aku tunggu itu!


TANGGAL SATU


Yah, Nak

Hari riang kita

Tanggal satu

Yang tinggal satu


Bukan soal Bapak berwarna merah

Atau biru

Dari slipslip gaji

Lalu sederet nota

Yang harus kubayar

Tidak itu, nak!

Kelam, Legam

Hitam, Muram

Kelabu,Abuabu, Berdebu


Nak, puluhan tahu lalu

Negara kita hitam legam

Di bawah awan durjana

Mayapada Nusantara berbisik

Langit menangis

Tanahtanah meronta

Hutan menjerit

Pintupintu jenderal berderit

Peluru menembus hati yang suci


Nak, sejarah itu hitam

Ditulis para pemberontak

Dicatat para perompak

Menguji sakti Pancasila berdikari


Nak, darah mengalir kemarin

Sumur mencekam tanggal itu

Hutan selaksa rimba

Pahlawan tak berdosa

Berkalang tanah menyesaki liang yang sama

Nak, tanggal satu

Negara yang satu

Pancasila yang satu

Sakti yang satu

Tinggal satu, nak

Lanjutkan perjuanganmu

Di meja belajar

Nak, catat itu!


LUPA MASA


Nak, kini beranjak malam

Sebentar lagi gulita

Tanpa listriklistrik benderang

Di pejamuan kamar tugas

Kamarku nak

Ruang RPP

Pintu Jurnal

Jendela Soal

Kisikisi hidup

Hirukpikuk perangkat

Lupa masa diam

Instirahat dalam impian


Nak, senja merah telah raib

Denting waktu kian larut

Semayub bayu merasuk

Tulangtulang tua ini

Gigil tak karuan

Sendisendi pilu nyeri

Akankah ditinggal berlayar?

Menuju mimpi indah?


Tidak nak,

Gemintang malam berseri

Rembulan bersemi

Reranting seakan mencakar langit

Debur ombak memecah sunyi

Dan

Aku tetap di meja paksa nak!

Menulis tentangmu

Tentang pelajaranmu esok

Siaga alat peraga

Terjaga dengan media

Belajar dengan tegar

Tenang nak,

Itu untukmu


Hingga aku lupa masa

Jarum waktu berputar di mana

Detik jam berotasi ke mana

Kantukpun tak ingat lagi

Nak, belajarlah esok!


BAK SAMPAH


Ini tentang pikirmu

Tentang hatimu

Tentang jiwamu

Nak,


Karaktermu dicitakan

Sepenuh nurani

Tuk menjadi mutiara kelak


Nakalmu, Kotormu

Cengengmu, Bisumu

Buang jauh

Di lorong itu

Bak sampah menunggu


Harapku intan berlian

Emas permata cinta

Di puncak prestasi

Nak, bangun


Buang sebongkah malas

Lenyapkan seonggok keras kepal

Sirnakan gemuruh kelas

Nak..

Buang sejauh mata memandang

Di pojok itu

Bak sampah


Nak, bangun

Sinari pikirmu

Pijarkan nuranimu

Pendarkan cahaya cita

Menuju anjungan itu

Pemimpin negeri

Kelak

Nak, bangun

Buang ke bak sampah

Segala egomu

Nak, buang sampah itu

Bak buih ditelan gelombang

Hilang ditelan malam

Diterjang gulita

Bangun mimpimu nak.!!


KADO ISTIMEWA


Hari ini

Aku tetap mengabdi

Masih di tempat yang sama

Episode berbakti

Kerangka yang satu 

Mengabdi untuk negeri

IndonesiaMu

Aku juga

Kita

KadoMu indah, Istimewa

Mulia karena karya hidup

Bersahaja karena berjibaku

Indah bersama tugastugas

Mulialah guru kita

Guru berkarya


Sebentar bergegas pulang

Sebentang pematang kembali

Serumpun didikan tlah datang

Belajar hingga senja


Kado yang tak dilupa

Sepanjang usia

Indah istimewa

Guru mulia


Tuhan, panjatan terima kasih

Tanpa batas dan jarak

Dalam hati terdalam

Sejiwa bahagia


Tuhan, terima kasih


 

RUMPUN ASOKA


Indah mewarna berjejer

Memagari jejalan

Pagipun bersua bahagia meminang semerbak, mewangi

Tak ada beda

Diantara rerumpun bunga pot berserak, hitam teduh

Kastakasta bunga ranum

Bunga sejajar, sewangi


Asoka selembut adenium

Tetapi, mereah merekah

Semacam merajakan bungabunga istimewa

Kembang tak berbunga

Berserak karena dimadu

Bunga yang berkembang

Menjadi ratu dalam pot hitam itu


Bunga kepagian dalam takdir yang beda

Yang tak istimewa tak berdaya


Asoka,

Yang berbunga menjadi kuasa

Merajai pelangi warna

Di bilik kelaskelas belajar


Nak, itu Asoka kita

Rawatlah dengan cinta


RINDU BERBISIK


Tak mudah kuhempaskan

Bisikan lirih ucapmu

Di genderang telingaku

Suara lembutmu

Seumpama kapas putih, lembut tak terperi

Rindu serindunya

Bulir air mata suci ini

Menghias lesung pipit yang menua


Nak, walau kau telah pergi

Melanjutkan cita dan cintamu

Aku tetap di sini

Meneguhkan tugas

Menunaikan tanggung jawab

Abdi negara yang tangguh


Aku merindumu

Celoteh manjamu

Riang riang nakalmu

Senyum polosmu

Tingkah lucumu

Diam lugumu

Rindu ini selalu berbisik, nak


Kapan kita mengulang takdir itu

Masa belajar kita

Masa ujian kita

Masa kita bersama


Nak, air mata ini untukmu

Biarlah aku bersama pengabdian ini

Lanjutkan citamu

Lanjutkan perjuanganmu

Menuju negeri tak berbatas

Bersama impian indahmu

Hingga ujung mayapada

Nak, aku merindumu

Nak, hampirilah kelak

Bersama suksesmu

Rindu selalu berbisik

Hingga larut malam

Tenggelam dalam mimpi

0 Comments: